Sabtu, 22 April 2017

6 tip melihat bakat anak



6 Cara Melatih Anak agar Percaya Diri
Anak Anda pun demikian, mereka seperti tanah liat di tangan Anda. Bentuklah mereka sebaik yang Anda inginkan dan “bakarlah” mereka agar dapat menjadi bentuk yang bisa bermanfaat bagi Anda, dirinya sendiri dan orang lain.

M

·         Saya sangat menggemari sebuah acara televisi dari salah satu stasiun televisi swasta yang menghadirkan ajang pencarian bakat khusus anak-anak. Betapa sangat mengemaskan, masing-masing anak dengan percaya diri dan tanpa rasa malu maju ke pangung disaksikan ratusan penonton untuk menampilkan bakat mereka. Ada salah satu anak perempuan yang menarik perhatian saya, umur sekitar 5 tahun yang dengan percaya diri menjawab setiap pertanyaan dari para juri. Di dalam hati saya jadi berpikir, bagaimana bisa anak sekecil dia sepertinya tidak memiliki rasa gugup sama sekali, jika saya dulu seusianya belum tentu memiliki keberanian yang begitu besar seperti dirinya.
Saya sadar setiap anak berbeda-beda, mereka tidak bisa disamaratakan karena mereka dilahirkan dengan bakat mereka masing-masing. Namun, semua anak bisa diajari untuk percaya diri supaya tidak mudah minder, jika saja orang tua paham cara mengajarkannya kepada mereka. Rasa minder adalah salah satu musuh terbesar seseorang, perasaan tersebut dapat dibawa hingga seseorang tumbuh dewasa sehingga kelak dapat mempengaruhi dalam kehidupan pribadi serta sosialnya.
Lalu bagaimana cara mengajar seorang anak agar memiliki rasa percaya diri yang baik? Berikut adalah 6 cara yang saya rangkum dari berbagai sumber bagaimana cara mengajari anak Anda supaya memiliki rasa percaya diri yang baik, di antaranya adalah:
·         1. Jangan menakut-nakuti
Kadang untuk membuat anak Anda jera atau Anda ingin anak Anda tidak melakukan sesuatu yang tidak Anda harapkan, cara yang paling efisien digunakan adalah dengan menakut-nakutinya. Namun, apakah Anda pernah mempertimbangkan efek jangka panjangnya? Kebiasan menakut-nakuti dalam jangka panjang dapat membuat seseorang menjadi mudah pesimis, kebiasaan tersebut dapat tertanam dalam benak seseorang sehingga pengaruhnya baru kelihatan ketika seseorang akan membuat keputusan. Sebaiknya Anda memberi tahu alasan sebenarnya mengapa hal tersebut dilarang untuk dia lakukan, dengan cara demikian anak memiliki alasan yang jelas untuk tidak melakukannya.
·         2. Jangan memarahi tanpa sebab yang jelas
Tantangan sebagai orang tua memang berat, adakalanya hal tersebut mempengaruhi emosi Anda. Saya teringat ketika masih kecil suatu kali orang tua saya memarahi saya habis-habisan tanpa sebab yang jelas, sebagai anak saya tidak mampu untuk membela diri dan lebih memilih berdiam diri di kamar. Tentu saja Anda boleh marah, tapi kemarahan Anda haruslah memiliki alasan, dengan demikian anak akan tahu kesalahnnya dan diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
·         3. Jangan mengejek
Meskipun dengan tujuan bercanda kebiasaan mengejek tidak dapat dibenarkan. Seorang anak belum memiliki pemahaman yang baik dalam berkomunikasi dengan orang lain, ketika dia membuat kesalahan dan hal tersebut lucu menurut Anda sebaiknya Anda menghindari untuk mengejeknya. Dalam sudut pandang anak kesalahan yang telah dia lakukan meskipun itu lucu adalah hal yang sangat memalukan, sebaiknya Anda tetap memberi dia semangat dan mengajarinya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
·         4. Melibatkannya dalam membuat keputusan
Dalam hal-hal tertentu melibatkan anak untuk membuat sendiri keputusan patut Anda coba lakukan. Seperti apa yang harus dia pakai dalam acara perpisahan sekolah atau kado apa yang harus dia berikan kepada temannya. Membiasakan anak untuk membuat sendiri keputusan akan melatih dirinya untuk percaya diri bahwa keputusan yang dia ambil adalah benar dan hal tersebut hendaknya Anda dukung secara terus menerus.
·         5. Jangan memanjakan anak
Nah untuk ibu-ibu khususnya, saya menyadari bahwa Andalah yang mengandungnya selama 9 bulan. Betapa pun besar rasa sayang Anda kepada buah hati Anda kebiasaan memanjakannya hendaknya sebisa mungkin dihindari, bukannya Anda tidak sayang tapi apakah Anda juga mempertimbangkan masa depannya jika Anda kerap kali memanjakannya. Seorang anak yang sering dimanja akan sangat bergantung seluruhnya kepada orang tuanya dan hal tersebut akan terbawa hingga dia dewasa nanti. Mulai saat ini latihlah anak Anda untuk mengerjakan sendiri tugas sehari-harinya dan pujilah dia atas apa yang telah dia lakukan, cara tersebut terbukti ampuh dalam membangkitkan rasa percaya diri seorang anak.
·         6. Komunikasi yang aktif
Sesibuk apa pun Anda, sebagai orang tua yang peduli akan perkembangan buah hatinya sebaiknya Anda sering meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan mereka. Topik-topik ringan seputar sekolah, teman-temannya atau berita-berita terhangat dapat menjadi bahan obrolan Anda. Mintalah mereka mengomentari sebuah isu dan mintalah pendapat mereka akan kejadian itu, ajaklah anak Anda untuk berpikir kritis dalam menyikapi segala sesuatu.
Sebagai orang tua adalah tugas yang sangat luar biasa, ibarat seorang perajin gerabah. Orang tua memiliki “tanah liat” di tangannya yang sedang dia bentuk sesuai yang diinginkannya. Anak Anda pun demikian, mereka seperti tanah liat di tangan Anda.A Bentuklah mereka sebaik yang Anda inginkan dan “bakarlah” mereka agar dapat menjadi bentuk yang bisa bermanfaat bagi Anda, dirinya sendiri dan orang lain

Salam dari kami;
PLAYGROUP TK TADIKA PURI BNI CIPUTAT
KOMPLEKS BUKIT NUSA INDAH RAYA KAV 1866 SERUA CIPUTAT
KOTA TANGERANG SELATAN
TELPON 012-7406083
WA 0812.1330.6390   

PLAYGROUP TK TADIKA PURI CIPUTAT




Wahai ayah bunda bagaimanakah Pola asuh buah hati kita???
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:

BISAKAH AKU SEHARI SAJA TIDAK MEMBENTAK ANAK ?
Allo ayah Edy namaku Lilian (bukan nama sesungguhnya) mami dari dua anak, anakku yg pertama, Bella (bukan nama sesungguhnya) sudah hampir 5 tahun, duh nakalnya minta ampun, hampir setiap hari aku harus teriak2 marahin.. aku jadi sering snewen sendiri tapi kadang2 aku jg suka merasa kasihan, apa gak ada cara lain selain marah dan teriak untuk buat dia nurut. Habis ia baru mau mendengarkan kalo aku sudah teriak dengan suara keras… Duh gimana ya... please ayah… help me… stress juga ya ngurus anak, ternyata lebih gampang urus kerjaan di kantor rasanya.
Bu Lilian yg baik,
Rasanya memang mengurus pekerjaan di kantor lebih mudah dari pada mengurus anak, ucapan ini sudah sering sekali saya dengar dari banyak orang tua. Tentu saja ini terjadi jika kita tidak mau belajar bagaimana menjadi orang tua yg baik, mengapa perlu belajar karena jelas sekali, jika kita ingin jadi Dokter ada sekolahnya, ingin jadi Pilot juga ada sekolahnya tapi jadi orang tua belum ada sekolahnya, lantas dari mana kita bisa belajar mengelola anak kita secara benar..? Padahal anak-anak kita sejatinya adalah Mahakarya dari Tuhannya. Jadi melalui fan page ini saya mengajak para orang tua di tanah air untuk menjadikan Komunitas Ayah Edy sebagai alternatif pengganti sekolahnya para orang tua.
Hal yg ibu Lilian alami sebenarnya sering juga di alami oleh ibu-ibu lainnya, hal ini terjadi karena pamahaman kita yang sangat minim tentang berbagai macam tipe anak. Pada dasarnya setiap anak terlahir unik tidak pernah ada yg sama dan memiliki tipe dan ciri masing-masing. Sekilas saya melihat bahwa mungkin Bella adalah tipe anak yang aktif, kreatif, suka bergerak, dan bicara. Itulah mengapa ia sering sulit mendengar ucapan orang tuanya pada saat ia sedang bergerak. Sebenarnya Bella sama sekali tidak bermaksud untuk membuat orang tuanya kesal apalagi marah, apa yang ia lakukan semata adalah untuk mengembangkan sistem syarafnya terutama sistem syaraf motoriknya agar kelak berkembang sempurna saat ia tumbuh besar.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh para orang tua dalam mendidik anaknya adalah mengabaikan faktor-faktor penting dalam teknik berkomunikasi sehingga akhirnya seolah-olah anaknya seperti anak nakal yang tidak mau mendengar orang tuanya. Nah apa saja faktor-faktor tersebut:
1. Faktor berkomunikasi berhadapan empat mata tanpa masing-masing melakukan aktivitas lainnya, seperti bicara sambil berkomputer ria atau bicara sambil anaknya bermain. Stop semua aktivitas apapun saat kita hendak bicara dengan anak.
2. Faktor membuat kesepakatan bersama, membuat aturan main yang jelas beserta konsekuensinya.
3. Faktor menggunakan suara datar serta bahasa yg mudah dimengerti anak, tanpa disertai bentakan atau teriakan.
4. Faktor mengingatkan anak dengan menggunakan “Bisikan”
Nah untuk lebih jelasnya berikut kami jelaskan teknik penerapannya yang mungkin bisa ibu kembangkan sesuai situasi dan kondisi yg ibu hadapi:
1. Pada saat ibu ingin bicara maka segeralah memintanya untuk berhenti bergerak dengan cara memegang kedua tangannya, kemudian memintanya untuk duduk/berdiri sejenak dan menghadapkan wajah pada kita sehingga perhatiannya terpusat pada kita.
2. Setelah dia berhenti bergerak, katakan padanya “perhatikan sebentar, Mami mau bicara 2 menit saja, dengarkan baik-baik ya...” sambil tetap pegang kedua tangannya.
3. Bicaralah pelan-pelan tapi jelas maksudnya, apa yg anda inginkan bukan apa yg anda tidak inginkan “misalnya mama ingin kamu berhenti bermain remote tv mulai sekarang dan seterusnya !” penting untuk mengatakan kapan waktunya dimulai dan hingga kapan.
4. Tanyakan apakah ia mengerti apa yang anda katakan. Pastikan ia mengangguk atau mengatakan ya atau mengerti. Jauh lebih baik jika ia kita minta mengulang pesan yang kita sampaikan. Misalnya: “Coba kamu ulangi apa permintaan mami tadi” sambil kita bimbing.. “Mami ingin Bella berhenti bermain...dst”. Pujilah dengan mengatakan “Bagus Sekali”.
5. Jelaskan padanya aturan main konsekuensi jika ia melanggarnya, mis: “Jika kamu mainkan lagi maka kamu tidak boleh menonton film kesukaanmu hari ini,” atau apapun yang menurut ibu layak untuk sepakati.
6. Usahakan jika terjadi pelanggaran pertama anda tidak teriak malainkan datang kepadanya, pegang tangannya dan gunakan “The Power of Berbisik”. isi bisikannya bukan berupa ancaman melainkan mengingatkannya akan kesepakatan yg sudah kita buat. Mis. “Sssstttt... Bella sini dech mami bisikin”, “Bella sayang apakah kamu masing ingin nonton film kesukaan mu hari ini?” “Mami ingatkan Bella agar Bella nanti malam tetap bisa nonton film lho.”
7. Jika terjadi pelanggaran terus maka tidak perlu banyak bicara, laksanakan tindakan, amankan TVnya atau bagaimana caranya agar ia tidak nonton TV malam ini dan pastikan agar ia juga mengetahui bahwa maminya adalah orang yg tegas dan konsisten.
Saya selalu menerapkan aturan main yg jelas, membahas dan membuat kesepakatan bersama anak, lalu setelah itu hanya tinggal mengingatkannya dengan cara “BERBISIK”. Dan sejauh ini The Power of Berbisik betul-betul bekerja dengan baik untuk bisa mengelola prilaku anak saya. Saya saat ini jauh lebih jarang menggunakan teriakan melainkan lebih sering menggunakan bisikan.
Teknik ini juga sangat ampuh apa bila anak kita berusaha membuat ulah di tempat-tempat umum. Selamat mencoba berbisik dan berhenti berteriak...
Silahkan sharing pada siapa saja jika dirasa berguna dan bermanfaat
YUK BERHENTI TERIAK DAN MEMBENTAK ANAK
dan gunakan The Power of “BERBISIK”

Salam dari kami
Playgroup TK Tadika Puri BNI Ciputat
Perumahan Bukit Nusa Indah Raya kav 1866 serua Ciputat
Contact Person 021-7406083
WA . 0812.330.6390